Judul Karya : Rumah Limas Rumah
Adat Palembang
Nama Pencipta : (Anonim, karena
merupakan Seni Rupa Tradisional yang diciptakan secara
turun-temurun.)
Bahan dan Alat : Semua material
bahan yang digunakan untuk membangun Rumah Limas ini adalah kayu.
Dinding, lantai
dan pintu menggunakan kayu tembesu,
sementara untuk tiang rumah menggunakan kayu unglen yang tahan air.
Berbeda dengan kerangka rumah yang terbuat dari kayu seru, jenis kayu
seru cukup langka adanya, kayu ini sengaja tidak di gunakan untuk
bagian bawah rumah limas, sebab kayu seru di dalam kebudayaan
Palembang dilarang untuk diinjak atau dilangkahi.
Seangkan alatnya adalah
dengan menggunakan alat-alat bangunan.
Konsep Penciptaan Karya : Keunikan
Rumah Limas yaitu bentuknya yang bertingkat-tingkat (kijing),
dindingnya berupa kayu merawan yang berbentuk papan, dibangun di atas
tiang-tiang atau cagak, dan pada atapnya berbentuk menyerupai
piramida terpenggal (limasan).
Baiklah segera kita perinci Rumah Limas
Sumatra Selatan ini dari segi arsitektur, kegunaan ruang dan makna
filosofinya. Dari segi arsitektur, bentuk Rumah Limas terdiri dari
bentuk ruang persegi dan persegi panjang dengan arah hadap rumah ke
Timur dan Barat atau dalam falsafah disebut menghadap ke
arah “Matoari Eedoop” dan “Matoari Mati”. Dalam
pemahaman kalangan masyarakat Palembang, “Matoari
Eedoop” berarti “matahari terbit” atau secara
filosofi diartikan sebagai “awal mula kehidupan manusia”.
Sementara “Matoari Mati” jika diterjemahkan secara leksikal
berarti “matahari tenggelam” dan dalam artian lain
bermakna sebagai tanda dari “akhir kehidupan atau kematian”.
Secara personal, sebagai pengingat siklus kehidupan manusia dari
lahir hingga mati. Jika dilihat dari tata letak ruang penandaan arah
tersebut menunjukkan adanya pembagian bangunan depan dan belakang.
Rumah Limas Palembang dibangun di atas
tiang-tiang yang terbuat dari jenis kayu unglen yang berjumlah 32
buah atau kelipatannya. Rumah Limas Palembang merupakan rumah
panggung yang bagian kolongnya merupakan ruang positif untuk kegiatan
sehari-hari. Ketinggian lantai panggung dapat mencapai ukuran 3
meter. Untuk naik ke rumah limas dibuatlah dua tangga kayu dari
sebelah kiri dan kanan. Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar
kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis dibalik pagar
kayu itu adalah untuk menahansupaya anak perempuan tidak keluar
rumah.
Pada bagian lantainya dibuat
bertingkat-tingkat atau biasa disebut kekijing dengan
menggunakan kayu jenis tembesu yang berbentuk papan
(persegi panjang) disusun secara horizontal menurut besaran
masing-masing ruang. Sementara pada dinding Rumah Limas dibuat dari
kayu jenis merawan yang berbentuk papan, dengan cara penyusunan dan
besaran yang sama dengan papan pada lantai.
Susunan dan fungsi tiap ruangan pada
Rumah Limas yaitu:
1. Ruang Depan, disebut Garang atau
Beranda, disini terdapat dua buah tangga untuk naik ke Rumah Limas,
dan terdapat pula bangunan lain yang disebut Jogan, ruang antara
tangga dengan pintu masuk. Selain untuk beristirahat, bagian ruang
depan dan jogan digunakan pula untuk tempat anak-anak duduk
menyaksikan acara persedekahan dan acara kesenian yang
diselenggarakan di rumah.
2. Ruang Tengah, terdiri dari beberapa
kekijing dilengkapi dengan dua buah jendela pada bagian kiri dan
kanannya. Antar kekijing dibatasi sekat yang disebut kiyam. Pada
kekijing terakhir ada lemari dinding dan amben. Ketika diadakan
upacara, fungsi ruang ini adalah sebagai tempat kaum kerabat dan
pemuda, serta para undangan dan tetua. Dalam kondisi sehari-hari,
disini adalah tempat meletakkan lemari dinding, kamar yang digunakan
oleh kepala keluarga, kerap kali dijadikan pula sebagai kamar
pengantin bagi anak gadis yang telah menikah, serta ruang serba guna
tempat aktivitas keluarga.
3. Ruang Belakang, yaitu bagian yang
memiliki fungsi sebagai dapur atau tempat memasak. Fungsi dari ruang
belakang ini antara lain untuk menyiapkan bahan makanan yang akan
diolah atau dimasak, tempat memasak, dan mencuci peralatan makan.
Makna Karya :
Secara personal, sikap pribadi
masyarakat Palembang menjunjung tinggi kehormatan laki-laki dan
wanita. Dan secara sosial, menunjang citra diri kebudayaan Palembang
yaitu dengan menjunjung tinggi norma-norma adat yang berlaku di
masyarakat. Bentuk rumah yang luas merupakan gambaran kondisi sosial
budaya masyarakat Palembang yang menjunjung tinggi sifat kebersamaan
dalam bentuk gotong royong.
Adat yang kental sangat mendasari
pembangunan Rumah Limas dan pengetahuan tentang arsitektur Rumah
Limas ditrasmisikan secara turun menurun dari generasi terdahulu ke
generasi berikutnya, oleh karena itu bentuk dan komposisi bangunan
rumah ini cenderung sama. Rumah Limas tidak sekedar tempat tinggal
biasa, Rumah Limas sangat memperhatikan keindahan bangunan dan
terdapat banyak filosofi dalam bagian bagian bangunannya.
Begitulah Rumah Limas menjadi rumah
adat bagi Sumatera Selatan, rumah tradisional yang memperkaya
khazanah adat istiadat kebudayaan Nusantara Indonesia yang kaya raya
dengan segala perbedaan suku dan alam wilayah nya.