Tiga pertanyaan yang diajukan hanya
boleh dijawab dengan akal, karena dalil maupun hadist hanya dipercaya
oleh pengikutnya (hanya umat muslim). Aturannya, jika tetap dijawab
dengan dalil, maka diskusi menjadi tidak berjalan dan tidak menghasilkan
apa-apa.
Berikut, tiga pertanyaan seorang Atheis:
1. Siapa yang menciptakan Allah? Bukankah semua yang ada di dunia ada karena ada penciptanya? Bagaimana mungkin Allah ada jika tidak ada penciptanya?
1. Siapa yang menciptakan Allah? Bukankah semua yang ada di dunia ada karena ada penciptanya? Bagaimana mungkin Allah ada jika tidak ada penciptanya?
2. Bagaimana caranya manusia bisa makan dan minum tanpa buang air? Bukankah itu janji Allah di surga?
3. Kalau iblis itu terbuat dari Api, lalu bagaimana bisa Allah menyiksanya di dalam neraka? Bukankah neraka juga dari api?
Tidak ada satupun jamaah yg bisa menjawab, kecuali seorang pemuda. Selanjutnya, pemuda menjawab satu demi satu pertanyaan dari seorang Atheis.
1. Apakah engkau tahu, dari angka berapakah angka 1 itu berasal? Sebagaimana angka 2 adalah 1+1 atau 4 adalah 2+2?
3. Kalau iblis itu terbuat dari Api, lalu bagaimana bisa Allah menyiksanya di dalam neraka? Bukankah neraka juga dari api?
Tidak ada satupun jamaah yg bisa menjawab, kecuali seorang pemuda. Selanjutnya, pemuda menjawab satu demi satu pertanyaan dari seorang Atheis.
1. Apakah engkau tahu, dari angka berapakah angka 1 itu berasal? Sebagaimana angka 2 adalah 1+1 atau 4 adalah 2+2?
Jawaban itu, sontak membuat sang Atheis
diam membisu, karena kita mengetahui bahwa 1 itu adalah bilangan
tunggal. Dia bisa mencipta angka lain, tapi dia tidak tercipta dari
angka apapun. Artinya, tidak ada kesulitan memahami bahwa Allah itu Zat
Maha Tunggal yang Maha mencipta tapi tidak bisa diciptakan.
2. Bukankah secara ilmiah, seorang bayi dalam kandungan ibu juga butuh makan dan minum. Nah, ketika bayi melakukan aktivitas makan dan minum di dalam perut ibunya. Lalu bagaimana kita buang air? Terbukti, juga tidak sulit memahami dan mempercayai bahwa di surga kita akan makan dan minum juga tanpa buang air.
3. Pemuda itu menampar sang atheis dengan keras. Sampai sang atheis marah dan kesakitan. Sambil memegang pipinya, sang atheis pun marah-marah kepada pemuda itu, tapi pemuda itu menjawab.
"Tanganku ini terlapisi kulit, tanganku
ini dari tanah. Dan pipi anda juga terbuat dari kulit dari tanah juga.
Lalu jika keduanya dari kulit dan tanah, bagaimana anda bisa kesakitan
ketika saya tampar? Bukankah keduanya juga tercipta dari bahan yang
sama, sebagaimana Iblis dan api neraka.
Atheis itu pun puas dengan dialog yang dilakukan, meskipun dirinya tidak dapat lagi membantah jawaban pemuda muslim.
Jadi, pemuda tadi memberikan pelajaran,
kepada semua orang muslim. Bahwa kita harus tetap bijak menghadapi
pertanyaan yang terkesan mencela atau merendahkan agama. Dan sangat
tidak perlu menghadapinya dengan kekerasan, jika kita berbudi tinggi,
berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, tapi tidak liberal,
terbingkai manis dalam indahnya Aqidah.
Terakhir diketahui, pemuda muslim itu adalah Imam Abu Hanifah muda. lebih dikenal dengan yang lahir di Kufah, Irak pada 80 H atau sekitar 699 Masehi. Tokoh muslim ini meninggal di Baghdad, Irak, 148 H/767 M.
Terakhir diketahui, pemuda muslim itu adalah Imam Abu Hanifah muda. lebih dikenal dengan yang lahir di Kufah, Irak pada 80 H atau sekitar 699 Masehi. Tokoh muslim ini meninggal di Baghdad, Irak, 148 H/767 M.
Abu Hanifah juga merupakan seorang Tabi
in, generasi setelah Sahabat nabi. Abu Hanifah, merupakan pendiri
dari Madzhab Yurisprudensi Islam Hanafi. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar